Kamis, 16 Agustus 2012

Tak Tau apa Judulnya

Jam menunjukkan pukul 14.30. Aku bergegas mengganti pakaianku. Tak lupa ku kenakan jaket hitam bertuliskan KKN UTM 2012. Keluar kamar menuju balai desa untuk mengambil kertas, pensil, kapur tulis serta daftar hadir. Ok semua peralatan sudah masuk di dalam tas kesayanganku. Tak lama kemudian Yoga keluar dari kamar.  Pukul 14.45 kita bergegas menuju Madrasah Mutasahidin Desa Longos. Kira-kira sepuluh menit perjalanan, kita pun tiba di Madrasah. “ Mana Yog pesertanya? ”, tanyaku pada Yoga. Dengan penuh harapan Yoga pun menjawab, “Mungkin ada di dalam ruangan”. Mesin motor dimatikan, satu per satu ruang kelas kita hampiri. Kita pun sadar bahwa tak ada satupun warga yang hadir pada sore itu. Duduk di emperan ruang kelas sambil berharap akan ada warga yang hadir. Lima belas menit berlalu, kita memutuskan meninggalkan Madrasah menuju rumah pak Kadus. “Pak Kadus ada?”, tanya Yoga pada istri Pak Kadus sesampainya di rumah Pak Kadus. Pak Kadus keluar. Belum sempat Yoga menjelaskan bahwa tak ada warga yang hadir, pak Kadus mengendarai motornya. Kita pun menyusul menuju Madrasah.
Sesampainya di Madrasah, Pak Kadus tahu tak satupun warganya hadir. Pak kadus kesana kemari mencari warganya. Tak lama berselang seorang wanita renta menghampiri Madrasah. Disusul dua perempuan yang usianya kira-kira 35 tahun. Biar terjalin keakraban, aku mencoba ngobrol dengan dua perempuan itu menggunakan bahasa Indonesia. Satu kalimat ku ucap, dua kalimat ku ucap eh dua perempuan itu hanya bengong.  Ouwhh ternyata dua perempuan itu tidak mengerti bahasa Indonesia. “Uh dah kayak alien ni aku, sampe-sampe dua perempuan ini nggak ngeri apa yang aku omongin”, kataku dalam hati.
Pak kadus kembali dari “pencariannya”. “Pokol empa’bhadeh onjengan, dadhina sek lalakek tak bisa rabu ka’dhinto”, kata Pak Kadus. Selain karena ada undangan, para ibu-ibu juga tidak bisa hadir karena sibuk menyiapkan buka puasa. Ok ok akhirnya mencari solusi bagaimana agar para warga bisa hadir dalam program ini tanpa menggaggu kesibukan mereka. Dengan persetujuan pak Kadus, jadwal kita ubah dari pukul 15.00 menjadi 10.00. Kembali ke Balai Desa. Hari pertama program Buta Aksara kita tutup dengan rasa kecewa.
Hari kedua pukul 10.00 sesuai jadwal baru. Tidak bersama Yoga seperti hari pertama, hari kedua aku bersama Dina bergegas menuju madrasah masih dengan semangat yang menggebu-gebu. Sampai di Madrasah, pemandangan masih sama seperti hari pertama. Tak satupun warga hadir. Kecewa lagi. Sambil berharap akan ada warga yang hadir, aku dan Dina mengunjungi rumah warga yang tak jauh dari madrasah, Disana kita “ngobrol” dengan beberapa warga. Dari obrolan itu kita tahu alasan mengapa masih tak ada warga yang hadir. Malu, sudah tua kok masih belajar baca tulis. Itulah alasan mereka. Kita berikan motivasi bahwa mereka tak perlu malu untuk belajar. Beberapa lama mengobrol dan tetap tak ada satupun warga yang hadir, kami memutuskan untuk berpamitan. Kembali ke posko tercinta, balai desa Longos, dengan harapan akan ada banyak warga yang datang dalam program Buta Aksara ini. Semoga….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar