Kamis, 16 Agustus 2012

Ngajar Dan Tawaran Calon Menantu

Pemberantasan buta aksara merupakan salah satu program kerja KKN Kelompok 33. Pada kesempatan kali ini saya mendapat bagian mengajar di Dusun Polay. Tempat saya mengajar buta aksara ada di masjid Al-Barokah. Saya tidak sendiri mengajar disana, saya ditemani rekan saya yang cantik, berasal dari Kabupaten Sampang. Sore itu saya dan rekan saya berangkat dengan mengendarai motor bebek menuju masjid Al-Barokah. Selama 10 menit perjalanan kami tempuh tibalah kita ditempat tersebut. Saat itu masih sepi,, saya dan teman saya tadi melangkahkan dan memasuki masjid. Terlihat masjid yang kurang terawat. Banyak debu yang menempel dilantai masjid. “hemmm,,,kotot sekali masjid ini, apa gak pernah dibersihkan, kug samapai seperti ini,”guman saya” . saya dan teman saya tadi memutuskan duduk-duduk diserambi masjid. Pada saat itu kami telat 15 menit dari jadwal yang telah ditetapkan.
Saat itu kami melihat bapak-bapak yang bertelanjang dada, yang menurut dugaan saya dan rekan saya beliaunya mau mandi. Saya dan rekan saya memutuskan untuk mendatangi bapak tersebut. Dan menanyakan siapa takmir masjid disana. Ternyata bapak tersebut adalah takmir masjid tersebut. Bapak tersebut mempersilahkan kita, dan kita disuruh menunggu peserta didik yang akan kita ajar. Setelah 15 menit menunggu, dan tak kunjung orangpun yang kelihatan, kita mulai gelisah,,, datanglah ibi-ibu yang datang dengan mengendarai sepeda engkolnya, ditaruhlah sepeda tersebut dengan menyandarkannya ditembok masjid. Yang lainnya kemana, kug masih belum ada yang datang”tanya ibu”. Iya ibu masih belum ada yang datang dari tadi’jawab kita”. Setelah itu ibu tersebut meninggalkan kita dengan terburu-buru mengambil sepeda engkolnya yang tadi disandarkan pada tembok masjid. Kita hanya bisa terpaku dengan kejadia itu, tanpa ada kata-kata yang keluar dari mulut kita. Beberapa menit kemudian datanglah bapak  takmir ‘sudah ada yang datang mbg?”tanya bapak tersebut”. Sudah ada yang datang pak, tapi setelah tau ndak ada temannya beliau langsung meninggalkan kami biar kami, ya sudah bapak biar kita menungguh saja, siapa tau nanti ada yang datang lagi ”jawab kita”. Oh ya mbg, pak Kadus nya bagaimana?,”tanya bapak tersebut” belum bapak, coba dihubungi saja mbg, biar bapak kadusnya kesini. Biar nanti masyarakat tau, mbg sudah tau numbernya?’tanya bapak’ belum bapak”jawab kita”, ini saya punya numbernyaYa sudah ditunggu lagi saja mbg”, iya bapak “jawab kita”.
Saat bapak takmir pergi saya dan rekan saya langsung menghubungi bapak kadus, dan tak lama kemudian pak kadus datang. Belum ada yang datang mbg?”tanya pak kadus” belum pak”jawab kita” ya sudah ditungguh saja! Setelah itu meninggalkan kita. Waktu sudah menunjukkan pukul 16.30 WIB. Masih saja belum ada yang datang, tak lama kemudian datanglah bapak takmir tadi, mbg sebenarnya tadi sudah ada 2 oarng yang datang, tapi mbgnya masih belum datang!” kata pak takmir”, seperti itu ya pak”ya kita minta maaf pak, tadi kita telat pak’, kita kira masih belum ada masyarakat yang datang”balas kita”. Ya sudah mbgnya pulang saja, besok balik lagi kesini, biar besok saya umumkan lagi pada masyarakat, ya cukup perkenalan saja, ndak ngajar juga ndak apa-apa yang penting mereka tau dan ndak takut”kata pak takmir”, ya sudah pak kita pamit pulang dulu, terima kasih banyak pak”balas kita” iya mbg”jawab pak takmir”. Pergilah kita dengan perasaan kecewa,,
Hari esoknya,, sekitar pukul 14.00 WIB kita datang lagi, saat itu saya tidak bersama rekan saya ST. Aisyah. Tetapi bersama ustad jazuli. Saat kita tiba ditempat mengajar kita disambut oleh seorang pemuda, yang juga sama mahasiswanya. Tetapi pemuda tersebut mahasiswa dari Institut Al-Amin, Prenduan. Ternyata pemuda tersebut adalah putra dari bapak takmir masjid tempat kita mengajar. Terjadilah obrolan seru diantara kita bertiga, pada saat kita mengobrol yang menurut saya sudah cukup lama, masih belum ada peserta didik yang datang. Sekitar 30 menit kemudian datanglah seorang ibu yang datang yang dibonceng seorang remaja dan adik kecil. Saat itu kita langsung bertanya sama ibu tersebut. ‘apa ibu kesini datang mau mengikuti sekolah buta aksara?”tanya kita”, iya”jawab ibu”. Yang lainnya pada kemana bu, kug tidak ada  yang datang?”tanya kita”, ya mungkin masih belum datang kali dik!” jawab ibu’. Setelah itu kita melanjutkan obrolan kita tadi yang sempat terputus, pada saat itu saya membuka obrolan dengan remaja yang tadi membonceng ibu tersebut. Waktu berjalan cukup lama, dan tak kunjung ada peserta didik yang datang. Singkat cerita ternyata kita “miss komunikasi”. Pulang dech akhirnya kita dengan membawa segudang cerita.
Hari ketiga kita berangkat lagi, pertemuan berjalan dengan lancar, ternyata peserta didik kita semangat sekali. Saat itu kita tersenyum lega melihat kita bisa akrab dan menyatu dengan mereka. Dan cerita yang paling menggesankan buat saya adalah pada saat saya sedang serius-seriusnya mengajar tiba-tiba saya ditanya sama seorang ibu yang memakai kerudung warna pink, saya masih ingat betul saat itu Ibu tersebut bertanya Nak kamu berasal dari mana?”tanya ibu”, saya dari Sidoarjo bu, dari Jawa “jawab saya”, umur kamu berapa Nak sekarang?”tanya ibu”, umur saya sekarang 21 tahun bu”jwab saya”,ooooooooh berarti kamu sepantaran sama si,,,,kamu mau ndak jadi istrinya si,,,cocok kug”kata ibu”, Xixixxixixi,,’jawab saya”. Saat itu ruangan dipenuhi gelegar tawa ibu-ibu yang kita ajari. Dalam hati saya saat itu berkata”apa?, ditawarin jadi menantunya” Hahaahahahaaa,,,,,
Waktu berganti menjadi hari, hari berganti menjadi minggu, pada minggu yang kedua kita mengajar kita diberi buah ta’al atau siwalan beserta air gula aren. Dan hari keduanya kita diberi pisang 1 tandan. Hemmmmm,,,, alangkah senangnya kita saat itu. Tapi kug kita jadi berharap dikasih terus yawh,,, hehehehehehehee,,,,, eits, ingat Imy! Niatnya mengajar, bukan berharap diberi sesuatu sama orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar