Sosialisasi buta aksara itulah salah satu dari sekian program kerja KKN kelompok 33 UTM. Program yang satu ini saya mengira awalnya itu menyampaikan materi layaknya sperti di bangku sekolah. Lach, ternyata lebih dari itu saya mempunyai tugas tambahan selain mengajarkan materi tentang pengenalan huruf abjad (a-z), bagaimana membacanya, juga saya harus sabar dan lebih-lebihnya lagi saya mesti tau ngomong Madura. Kenapa? Dikarenakan anak didik saya bukanlah anak dibawah umur atau sesusia dengan saya, melainkan ibu-ibu dan bahkan sudah tua.
Ketika mengajar yang seharusnya mereka mengikuti apa yang disampaikan oleh saya, nah yang ada malah mereka yang mesti saya ikuti, apa maunya mereka. Oklah tidak masalah, yang penting mereka kerasan tetap mau hadir dan lebih-lebihnya bisa mengertilah apa itu abjad, bagaimana bacanya dan bisa membedakan vocal dan konsonan, walaupun kadang (haha..sering) saya tidak mengerti mereka bicara apa (maklum bahasa Madura engkok tak ngerteh gitu loch). Tapi biar gimana pun saya sangat senang dan merasa ada pengalaman baru yang sebelumnya belum pernah saya alami. Nah ketika KKN inilah pengalaman menarik dan berkesan itu saya alami. Hal yang membuat saya ketika mereka dengan antusiasnya mengikuti sosialisasi buta aksara itu. Saya melihat dalam tatapan mereka itu masih ada kemauan dan semangat yang tinggi untuk belajar, apalagi diusia mereka yang tidak lagi muda seperti saya. Terkadang saya merasa sedih melihat mereka. Mereka-mereka itu sebenarnya ingin sekali belajar tapi orang-orang yang mau mengajar mereka itu yang tidak ada, sehingga mereka setiap harinya hanya bekerja, makan, istirahat, besoknya lagi bekerja, makan, istirahat, dan seterusnya begitu.
Jadi dengan adanya program mengajar buta aksara ini, mereka merasa senang dan masih ingin terus belajar. Tetapi bersyukur selama melaksanakan program pemberantasan buta aksara ini saya merasa mereka tidak sia-sia sudah mengikutinya. Setidaknya mereka sudah tau abjad (a-z) dan membaca dan menulis namanya dan lebih dari itu bahkan mereka sudah bisa membaca rangkaian dari abjad jadi kata serta kalimat. Ada satu hal lagi yang berkesan ketika mengajar mereka membaca, misalnya ketika saya meminta mereka membaca c” dan a” jadi cu”. Saat itu saya meminta satu dari mereka untuk mengulanginya, coba ibu Marita yang membaca ya, c” dan a” jadi apa bu..? Dengan semangatnya beliau membaca cu..”. hehe.. bukan bu c” dan a” jadi ca”. Oo engghi kaula kaloppaeh nak ( Oo..saya lupa nak). Demikian saya mengulanginya dan sampai akhirnya mereka pun bisa.
Itulah yang membuat saya bangga dan merasa senang sekali ketika diusia mereka yang sudah bukan saatnya lagi untuk belajar menulis atau membaca, tapi mereka berhasil melakukan itu. Pengalaman ini akan jadi kenangan yang tidak terlupakan selama hidup saya.
Ketika mengajar yang seharusnya mereka mengikuti apa yang disampaikan oleh saya, nah yang ada malah mereka yang mesti saya ikuti, apa maunya mereka. Oklah tidak masalah, yang penting mereka kerasan tetap mau hadir dan lebih-lebihnya bisa mengertilah apa itu abjad, bagaimana bacanya dan bisa membedakan vocal dan konsonan, walaupun kadang (haha..sering) saya tidak mengerti mereka bicara apa (maklum bahasa Madura engkok tak ngerteh gitu loch). Tapi biar gimana pun saya sangat senang dan merasa ada pengalaman baru yang sebelumnya belum pernah saya alami. Nah ketika KKN inilah pengalaman menarik dan berkesan itu saya alami. Hal yang membuat saya ketika mereka dengan antusiasnya mengikuti sosialisasi buta aksara itu. Saya melihat dalam tatapan mereka itu masih ada kemauan dan semangat yang tinggi untuk belajar, apalagi diusia mereka yang tidak lagi muda seperti saya. Terkadang saya merasa sedih melihat mereka. Mereka-mereka itu sebenarnya ingin sekali belajar tapi orang-orang yang mau mengajar mereka itu yang tidak ada, sehingga mereka setiap harinya hanya bekerja, makan, istirahat, besoknya lagi bekerja, makan, istirahat, dan seterusnya begitu.
Jadi dengan adanya program mengajar buta aksara ini, mereka merasa senang dan masih ingin terus belajar. Tetapi bersyukur selama melaksanakan program pemberantasan buta aksara ini saya merasa mereka tidak sia-sia sudah mengikutinya. Setidaknya mereka sudah tau abjad (a-z) dan membaca dan menulis namanya dan lebih dari itu bahkan mereka sudah bisa membaca rangkaian dari abjad jadi kata serta kalimat. Ada satu hal lagi yang berkesan ketika mengajar mereka membaca, misalnya ketika saya meminta mereka membaca c” dan a” jadi cu”. Saat itu saya meminta satu dari mereka untuk mengulanginya, coba ibu Marita yang membaca ya, c” dan a” jadi apa bu..? Dengan semangatnya beliau membaca cu..”. hehe.. bukan bu c” dan a” jadi ca”. Oo engghi kaula kaloppaeh nak ( Oo..saya lupa nak). Demikian saya mengulanginya dan sampai akhirnya mereka pun bisa.
Itulah yang membuat saya bangga dan merasa senang sekali ketika diusia mereka yang sudah bukan saatnya lagi untuk belajar menulis atau membaca, tapi mereka berhasil melakukan itu. Pengalaman ini akan jadi kenangan yang tidak terlupakan selama hidup saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar