Kamis, 16 Agustus 2012

Adat Ketimuran

Desa Longos termasuk dalam Kecamatan Gapura, Kabupaten sumenep, Madura. Terdiri dari enam dusun; diantaranya  adalah Dusun Kotte, Buabu, Telentean, Polay, Longos, dan Palegin. Diantara dusun-dusun yang ada menurut saya yang menarik adalah dusun dimana saya dan rekan kerja saya dalam mengajar buta aksara yaitu dusun Buabu. Dusun Buabu adalah salah satu dari enam dusun yang ada di desa Longos, Kecamatan Gapura, Kecamatan Sumenep, Madura. Menurut saya dusun tersebut memiliki keunikan tersendiri dari dusun-dusun yang ada di desa Longos. Dusun tersebut memiliki keunikan dari masyarakatnya yang terkenal religius. Terbukti ketika saya dan rekan kerja saya mengajar disana dan bertemu dengan salah satu pengurus yayasan disana, beliau berfikir bahwa saya adalah istri dari rekan kerja saya tersebut padahal kami hanya sebatas rekan kerja pengabdi di KKN.
Sungguh aneh dan lucu, hal tersebut mungkin tidak akan terjadi ketika di tempat tinggal saya. Mungkin karena kultur tradisi dan budaya yang berbeda, jadi saya juga harus menyesuaikan diri di tempat KKN. Memang masyarakat Madura terkenal akan tradisi dan budayanya, berbeda dengan di Jawa atau pulau di luar Madura. Madura lebih menjunjung tinggi tata krama dan kesopanan, walaupun sebernya tidak semua dari masyarakatnya yang seperti itu. Tapi tetap Madura di bandingkan dengan masyarakat-masyarakat yang lain di luar Madura ada perbedaan yang mendasar.
Tidak bisa kita pungkiri kita hidup berdampingan dengan orang-orang yang mungkin tidak kita kenal, entah itu berbedaan bahasa, kultur maupun budayanya. Kita diciptakan saling mengisi dan melengkapi satu dengan yang lainnya. Itu pula yang harus saya lakukan di tempat KKN 2012. Saya harus bisa menyumbangkan ilmu yang selama ini saya dapat di perguruan tinggi. Saya harus bisa menerapkannya di masyarakat sekitar. Seperti halnya ketika saya harus mengajar lansia buta aksara di dusun Buabu, saya harus bisa bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik pada masyarakat tersebut. Walaupun pada awalnya ada perbedaan bahasa yang menjadi penghalang diantara komunikasi kami, namun itu menjadi tugas dan kewajiban saya sebagai seirang fasilitator. Bagi saya perbedaan komunikasi itu sangat mempengaruhi pola interaksi yang ada.
Halangan yang ada di tempat, harus bisa di lewati itu tujuan saya dalam program ini. Mungkin bagi rekan-rekan saya seperjuangan di KKN 2012 berdomisili di Madura, mungkin mereka tidak ada halangan yang berarti karena mereka sudah terbiasa dengan situasi tersebut. Berbeda dengan saya yang bukan asli dari Madura, pasti diantara kita ada mis komunikasi. Yang ada dalam benak saya ketika mengambil KKN di madura tidak lain dan bukan karena saya ingin lebih mengetahui perbedaan apa saja yang ada diantara kita. Mungkin bagi rekan KKN saya yang lain tantangan ini cukup berat, namun bagi saya hal ini adalah suatu tantangan yang harus saya pecahkan sendiri.
Perbedaan bukan berarti menghalangi langkah kita dalam mencapai perubahan yang lebih baik, namun semua itu adalah sebuah tantangan yang harus kita pecahkan sebagai seorang pengabdi dan peneliti. Karena saya berharap bisa jadi seorang sosiolog yang handal. Ketika saya harus beradaptasi dengan masyarakat baru di luar sana, ketika itu pula saya harus bisa menempatkan diri sebagai bagian dari mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar