Kamis, 16 Agustus 2012

Ta’ Tao Maca (Tidak Bisa Baca) Oleh: Jasuli

“Ilmu yang kumiliki harus ku tuangkan ke orang agar menjadi manfaat “ itulah kata-kata yang selalu saya pegang dalam belajar dan mengajar. Ilmu bagi saya sangatlah penting untuk saya hidup agar bisa membantu sesama dengan adanya ilmu. Ilmu tentunya merupakan kewajiban bagi kita semua bagi umat manusia, tanpa ilmu kita akan menjadi manusia yang tak mampu menggapai sebuah angan-angan dan harapan. Di dalam hadist-pun mengatakan bahwa” menuntut ilmu itu wajib bagi kaum muslimin dan muslimat”. Dengan itulah saya melakukan untuk mendapatkan ilmu.
Dengan mengucapkan bismillahirrohmanirrohim saya niatkan dalam hati dan saya lakukan dengan perbuatan yaitu mengajar masyarakat di Dusun Buabu desa Longos kecamatan Gapura kabupaten Sumenep. Pertama kali saya mengajar di desa yang saya anggap masih kental dengan keagamaannya dan desa yang masih keterbatasan ilmu. Dengan berbekal niat dan kemampuan yang saya miliki saya berangkat mengajar bersama temanku yang juga ikut membantuku dalam mengajar buta aksara. Pengalaman yang cukup unik dan menurut saya menantang karena yang saya ajar adalah ibu rumah tangga yang berusia 40-keatas sehingga perlu kesabaran dan ketenangan dalam mengajar.
Tek..tek..tek…
Waktu berdetak menunjukkan pukul 15.00 wib bertanda sudah masuk waktunya saya dan teman saya untuk mengajar buta aksara di dusun Buabu. Hari pertama kami disambut dengan senang dan gembira, dengan ditempatkan di masjid yang berukuran ± 5 x 5 meter .
Assalamualaikum wr.wb.
Saya mengucapkan salam terhadap ibu-ibu yang menjadi peserta didik dalam pelajaran baca tulis.
Asma den kaule Ach. Jasuli bu-ebu, asal kaule dhari kampus Universitas trunojoyo Madura se dhateng epon dari bangkalan ben tor jugen kanca kaule se asmana coni.
Saya mencoba untuk berkenalan kepada ibu-ibu yang akan menjadi peserta didik saya dengan bahas Madura agar peserta didik tahu dan mengerti. Seusai perkenalan langsung saja saya mulai pelajaran mengenal huruf. Huruf pertama yang saya lontarkan yaitu huruf “ A” dan “a”. peserta didik masih kebingungan dengan apa yang saya lontarkan, sehingga saya tulis di papan tulis agar peserta didik mengerti akan tulisannya dan bagaimana bentuk huruf “A” dan “a”.
Coba bu-ebu kocak areng-bareng A (Bahasa Madura)
AAAAAA……..(peserta didik mengucapkan bersama-sama)
Ulangi Pole bu-ebu A..
AAAAA………(peserta didik)
Ternyata mengajar orang dewasa tidak segampang mengajar anak SD, saya agak kesulitan ketika memberikan materi terhadap peserta didik saya. Tapi apalah buat saya harus mencoba untuk memberikan materi kepada peserta didik. Yang unik ketika saya mengajar peserta didik yang berusia kurang lebih 40 tahun, yaitu ketika saya harus mengucapka bahasa Madura. Meskipun saya orang Madura akan tetapi saya masih kesulitan menggunakan bahasa Madura yang ibu-ibu gunakan.
Mungkin itu yang bisa saya utarakan dalam pengalaman mengajar buta aksara. Mudah-mudahan apa yang saya berikan terhadap masyarakat desa longos bermanfaat dan bisa menjadikan desa longos yang lebih baik lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar